Posts
AL-HUJWIRI KISAH PENYINGKAP PINTU MAKRIFAT
📯Post Owner
Suara Mania Post
Al-Hujwiri, Kisah Penyingkap Pintu Makrifat Namanya tidak asing dalam dunia sufi. Dialah sufi pertama yang mengarang kitab tentang sufisme dalam Bahasa Persia. Bagi para penganut sufi, pengamat, dan para intelektual, kitab Kasyful Mahjub, sudah tidak asing lagi. Kitab itu disejajarkan dengan kitab-kitab besar kaum sufi lainnya. Seperti Kitab Al-Risalah karya Al-Qusyairi dan Tadzkirul Awliya, karya Fariduddin Aththar. Bahkan kitab Kasyful Mahjub tercatat sebagai kitab sufi yang pertama kali di tulis dalam bahasa Persia. Kitab tersebut berisi berbagai pandangan tentang mistik Islam dan riwayat hidup singkat para sufi, dan telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa termasuk bahasa Indonesia. Nama lengkapnya adalah Abu Hasan Ali bin Usman bin al-Ghaznawi al-Jullabi al-Hujwiri. Ulama ini lahir di Ghaznah, Persia (Iran), pada abad ke 5 H / 11 M. di zaman sekarang, Ghaznah termasuk wilayah Afganistan. Pengarang Tadzkirul Awliya, Fariduddin Aththar, diduga banyak mengutip bebera
Bagaimana Reaksi Anda Tentang Artikel Ini?
KISAH SUFI DAN PEMUDA GALAU
📯Post Owner
Suara Mania Post
Kisah Sufi dan Pemuda Galau Rupanya, kegalauan yang melanda sebagian besar pemuda zaman ini pernah juga dialami oleh pemuda-pemuda yang hidup di masa kejayaan Islam. Sama halnya dengan penyebab kegalauan zaman ini yakni perekonomian atau rejeki dan pasangan hidup atau jodoh, hal itu juga dirasakan oleh pemuda zaman dahulu. Memang masalah rejeki dan jodoh adalah perkara yang sangat meresahkan sebagian pemuda terlebih yang mereka tidak memiliki keyakinan yang kuat akan kekuasaan Allah Swt. Seorang Sufi besar bernama Imam Ibrahim bin Adham pernah menjumpai seorang pemuda yang duduk termenung. Rupanya pemuda itu sedang galau, memikirkan hidupnya. Sang pemuka Sufi itu pun menghampiri pemuda tersebut dengan penuh akhlak dan keramahan. Setelah memberi salam, Ibrahim bin Adham berkata kepada pemuda tersebut, “Duhai pemuda, bolehkan aku bertanya tiga hal, namun tolong jawablah pertanyaanku dengan jujur.” “Baiklah, Wahai Imam, akan aku jawab pertanyaanmu dengan jujur,” Sahut si
Bagaimana Reaksi Anda Tentang Artikel Ini?
Kirim E-mail Anda Dapatkan Artikel Berlangganan Gratis....
👍 POPULER POST
CARA UNTUK BERSYUKUR ATAS NIKMAT YANG DIKARUNIAKAN ALLAH SWT
📯Post Owner
Suara Mania Post
B ersyukur akan membuat kita terbebas dari segala belenggu kecemasan dan kekhawatiran, selain itu bersyukur juga bisa melapangkan rezeki kita. Allah telah berfirman dalam Al – Qur’an : “Jika kalian bersyukur pada-Ku, niscaya kutambah padamu (nikmat-Ku). Tapi jika kalian mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azabku amatlah keras”. (QS. Ibrahim : 7) Bersyukur menurut islam yakni wujud terimakasih seorang hamba kepada Allah SWT atas nikmat yang telah diperolehnya. Bersyukur dapat diterapkan dalam bentuk ucapan maupun perbuatan. Allah Ta’ala berjanji bahwa akan melipatgandakan karunianya kepada orang-orang yang senantiasa bersyukur. Yaitu orang menerima takdirnya dengan ikhlas, lapang dada, menghadapi cobaan dengan bersabar dan tidak mengeluh maka Allah akan menaikkan derajat mereka. Sedangkan orang-orang yang kufur nikmat dan selalu merasa kurang maka hidup mereka tidak diberkahi oleh Allah SWT. Cara untuk bersyukur : “Bersyukur adalah sikap positif yang harus kita miliki agar
TUBUH KOSONG - AL HIKAM 7 IBNU 'ATHO'ILLAH AS SYAKANDARY Ra
📯Post Owner
Suara Mania Post
HIKMAH ke 7 7. “Jangan meragukan janji Alloh” ٭ لا يُشكـِّكنَّك فى الوَعدِ عدمُ وقوعِ المَوْعُودِ وانْ تَعَيَّنَ زمَنـُهُ لـءـلاَّيَكونَ ذٰ لكَ قَدحاً فى بصيرَتكَ واِخـْماَداًلِنورِ سَرِيرَتِكَ ٭ 7."Jangan sampai kamu merasa ragu, terhadap janji Alloh, karena tidak terlaksananya apa yang telah dijanjikan itu, walaupun telah tertentu waktunya, supaya tidak menyalahi pandangan mata hatimu, atau memadamkan cahaya hatimu." Manusia sebagai hamba tidak mengetahui kapankah Alloh akan menurunkan karunia dan rahmat-Nya, sehingga manusia jika melihat tanda-tanda ia menduga, mungkin telah tiba saatnya, padahal bagi Alloh belum memenuhi semua syarat yang dikehendaki-Nya, maka bila tidak terjadi apa yang telah diduganya, hendaknya tidak ada keraguan terhadap kebenaran janji Alloh subhanahu wata'ala. Sebagaimana yang terjadi dalam Sulhul [perdamaian] Hudaibiyah, ketika Rasululloh shallalloahu 'alaihi wasallam, menceritakan mimpinya kepada sahabat