Facebook Ungkap Aktor di Balik Puluhan Buzzer Isu Papua Barat Jakarta, CNBC Indonesia - Facebook dan Instagram menyatakan telah menghapus puluhan akun di Indonesia yang terlibat dalam 'perilaku tidak autentik yang terkoordinasi' terkait dengan isu Papua Barat. Hal itu diinformasikan oleh Facebook lewat situs resminya seperti dikutip pada Jumat (4/10/2019). Ada 69 akun Facebook, 42 halaman Facebook, dan 34 akun Instagram yang terlibat dalam 'perilaku tidak autentik yang terkoordinasi'. Facebook menyebut akun-akun ini memiliki konten soal isu dalam negeri Indonesia. "Orang-orang di balik jaringan ini menggunakan akun palsu untuk mengatur Facebook page, menyebarluaskan konten mereka, dan mengarahkan orang ke situs di luar platform," kata Head of Cybersecurity Policy Facebook, Nathaniel Gleicher seperti dikutip dari detikcom. Orang-orang tersebut mengunggah konten dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris tentang Papua Barat. Ada yang mengun

Nyamar Berpakaian Preman, Habib Lutfi Hadir dalam Haul Ploso Kediri Senin, 09 September 2019, adalah haul akbar Masyayikh Pesantren Al-Falah Ploso Mojo Kediri. Ribuan santri, alumni, dan masyarakat hadir ikut membaca dan menyaksikan pembacaan maulid Nabi dan pengajian umum. Semua larut dalam doa untuk para masyayik Pesantren Al-Falah. Di tengah lautan manusia itu ternyata ada sosok mulia, yakni Maulana Habib Lutfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya, Rais Aam Jamiyyah Ahlit Thariqoh al-Mu’tabaroh an-Nahdliyyah (Jatman). Maulana Habib Lutfi hadir bukan sebagai pembicara dalam pengajian, melainkan sebagai tamu biasa yang hendak berziarah ke makam Ploso. Di makam Ploso, ada para masyayikh yakni KH Jazuli Utsman, Nyai Rodliyah Jazuli, KH Hamim Jazuli (Gus Miek), KH Ahmad Siddiq (Rais Aam NU 1984-1991), KH Munif Jazuli, dan KH Mahfudz Siraj. Ternyata, Habib Lutfi hadir bersama ribuan santri dan warga itu berpakaian preman, sehingga banyak yang tidak tahu kehadiran beliau. “Ada

Humor Gus Dur : Kehebatan Intelijen Kita Humor Gus Dur ini diramu dari riwayat Mas Kiyai Latif Malik, Tambakberas Jombang. Setiap negara punya badan intelijen, masing-masing punya kehebatan. Di AS, satu korp tidak tahu, apalagi kenal sesama anggotanya. Kerja mereka amat rahasia justru supaya efektif. Di Jerman, satu pasukan tidak tahu apa tugas sesama anggotanya. Kerja mereka juga amat rahasia, operasinya sangat senyap, semuanya demi efektifitas kerja. Di Israel, dalam menjalankan suatu misi, setiap anggota pasukan juga tidak tahu siapa temannya dan apa tugas masing-masing. Kerahasiaan dijaga amat ketat, demi efektifitas tugas yang diemban. Di Rusia, kalau sampai ada anggota intelijen yang identitasnya terbuka di depan umum, itu artinya dia segera “selesai”. Di kita? Anggota intelijen suka memperkenalkan diri di depan umum, tapi tidak tahu apa tugas yang diembannya. Baca juga :  Nyamar-berpakaian-preman-habib-lutfi Selamat berhari Minggu. (Penulis: A

Ini Tiga Habib yang Jadi Paku Bumi Jakarta Suatu ketika, Gus Dur menjelaskan bahwa Jakarta mempunyai tiga paku bumi yang selalu menjaga. Tiga paku bumi itu adalah para wali Allah, termasuk pemimpinnya para wali dan orang-orang saleh. Bersyukur kepada Allah adanya mereka di kota ini, terasa aman dan jauhnya segala marabahaya. “Siapa saja mereka, Gus?” “Ketiganya adalah, pertama Al-Habib Husein bin Abubakar Alaydrus Luar Batang dengan kekeramatannya yang luar biasa. Kedua, Al-Habib Utsman bin Yahya Mufti Betawi, dengan kitab-kitabnya. Ketiga, Al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi Kwitang, dengan dakwahnya,” tegas Gus Dur. “Di masa mereka, hidup dekat mereka terasa sangat bahagia. Beruntunglah kalian ahli Jakarta.” Lanjut Gus Dur. (red). Baca juga :  Humor-gusdur

Dalam kitab An-Nawadir karya Syekh Syihabuddin Ahmad ibn Salamah al-Qalyubi diceritakan, suatu kali Abu Yusuf Ya’qub bin Yusuf bercerita tentang salah seorang sahabatnya yang unik. Ia orang yang wara’ dan takwa meski orang-orang mengenal karibnya itu sebagai orang fasik dan pendosa. Sudah dua puluh tahun Abu Yusuf melakukan tawaf di sekitar Ka’bah bersamanya. Tak seperti Abu Yusuf yang berpuasa terus menerus (dawam) sahabatnya ini sehari puasa sehari berbuka. Memasuki 10 hari bulan Dzulhijjah, sahabat Abu Yusuf ini menunaikan puasa secara sempurna kendati ia berada di padang sahara yang tandus. Bersama Abu Yusuf, ia masuk kota Thurthus dan menetap di sana untuk beberapa lama. Di tempat gersang inilah, persisnya di sebuah kawasan reruntuhan bangunan, ia wafat tanpa seorang pun yang tahu kecuali Abu Yusuf.   Abu Yusuf pun keluar mencari kain kafan dan alangkah kagetnya tatkala dirinya kembali menyaksikan banyak kerumunan orang berkunjung, mengkafani, sekaligus menyalati jena