Posts
IMAM SYAFI'I RA : SAAT MEMINTA MURID MENUNGGU RUHNYA KELUAR
📯Post Owner
Suara Mania Post
Ilustrasi Gambar I mam Syafi’i menjelang wafat telah melihat sekelilingnya, seraya berkata kepada murid-muridnya, “Jika aku meninggal, pergilah kalian kepada wali (penguasa), dan mintalah kepadanya agar mau memandikanku.” Kemudian sepupunya berkata, “Kami akan turun sebentar untuk salat.” Imam Syafi’i menjawab, “Pergilah dan setelah itu duduklah di sini menunggu keluarnya ruhku.” Imam Syafi’i wafat pada malam Jum’at menjelang subuh hari terakhir bulan Rajab tahun 204 hijriyyah atau tahun 809 miladiyyah di usia 52 tahun. Imam Syafi’i Ra memiliki nama lengkap Abu Abdullah Muhammad bin Idris asy-Syafi’i al-Muththalibi al-Qurasyi. Dia seorang mufti besar Sunni Islam dan juga pendiri mazhab Syafi’i. Imam Syafi’i juga tergolong kerabat dari Rasulullah Saw, ia termasuk dalam Bani Muththalib, yaitu keturunan dari al-Muththalib, saudara dari Hasyim, yang merupakan kakek Nabi Muhammad Saw. Saat usia 13 tahun, Imam Syafi’i dikirim ibunya pergi ke Madinah untuk berguru kepada ulama besar saat itu,
Bagaimana Reaksi Anda Tentang Artikel Ini?
KISAH HIKMAH : ALLAH SIAPKAN BUMI SEBAGAI PERMADANI, SUFI BISYR MALU BERJALAN PAKAI ALAS KAKI
📯Post Owner
Suara Mania Post
Kisah hikmah yang satu ini sungguh sangat menarik untuk menjadi bahan renungan. Dulu ada seorang tokoh sufi asal Kota Merv tahun 767 M bernama Bisyr bin al-Harits. Dia mendapat julukan al-Hafi (orang yang telanjang kaki). Mengapa demikian? Karena Allah berfirman ; ”Dia (Allah) telah menciptakan bumi sebagai permadani untukmu.” Karena ayat Alquran itu, Bisyr malu mengenakan alas kaki untuk berjalan di bumi ini. Mulanya sufi ini hidup dalam gemerlap duniawi, namun kemudian ia meninggalkan kehidupan semacam itu dan memilih jalan sufi. Diceritakan, Bisyr bin al-Harits hidup sebagai pengemis yang terlunta-lunta, sering kelaparan, dan tentunya dengan kakinya yang selalu telanjang tanpa alas. Adapun Ihwal julukannya al-Hafi, ada kisah yang begitu menyentuh hati dan patut untuk kita renungkan. Kisah ini terjadi manakala ia hidup dalam gemerlap duniawi, dan sering mabuk-mabukan. Begini ceritanya; Diriwayatkan dari Abdullah bin Muhammad bin Ja’far dari Muhammad bin Daud al-Dinawari, suatu hari d
Bagaimana Reaksi Anda Tentang Artikel Ini?
Kirim E-mail Anda Dapatkan Artikel Berlangganan Gratis....
👍 POPULER POST
CARA UNTUK BERSYUKUR ATAS NIKMAT YANG DIKARUNIAKAN ALLAH SWT
📯Post Owner
Suara Mania Post
B ersyukur akan membuat kita terbebas dari segala belenggu kecemasan dan kekhawatiran, selain itu bersyukur juga bisa melapangkan rezeki kita. Allah telah berfirman dalam Al – Qur’an : “Jika kalian bersyukur pada-Ku, niscaya kutambah padamu (nikmat-Ku). Tapi jika kalian mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azabku amatlah keras”. (QS. Ibrahim : 7) Bersyukur menurut islam yakni wujud terimakasih seorang hamba kepada Allah SWT atas nikmat yang telah diperolehnya. Bersyukur dapat diterapkan dalam bentuk ucapan maupun perbuatan. Allah Ta’ala berjanji bahwa akan melipatgandakan karunianya kepada orang-orang yang senantiasa bersyukur. Yaitu orang menerima takdirnya dengan ikhlas, lapang dada, menghadapi cobaan dengan bersabar dan tidak mengeluh maka Allah akan menaikkan derajat mereka. Sedangkan orang-orang yang kufur nikmat dan selalu merasa kurang maka hidup mereka tidak diberkahi oleh Allah SWT. Cara untuk bersyukur : “Bersyukur adalah sikap positif yang harus kita miliki agar
TUBUH KOSONG - AL HIKAM 7 IBNU 'ATHO'ILLAH AS SYAKANDARY Ra
📯Post Owner
Suara Mania Post
HIKMAH ke 7 7. “Jangan meragukan janji Alloh” ٭ لا يُشكـِّكنَّك فى الوَعدِ عدمُ وقوعِ المَوْعُودِ وانْ تَعَيَّنَ زمَنـُهُ لـءـلاَّيَكونَ ذٰ لكَ قَدحاً فى بصيرَتكَ واِخـْماَداًلِنورِ سَرِيرَتِكَ ٭ 7."Jangan sampai kamu merasa ragu, terhadap janji Alloh, karena tidak terlaksananya apa yang telah dijanjikan itu, walaupun telah tertentu waktunya, supaya tidak menyalahi pandangan mata hatimu, atau memadamkan cahaya hatimu." Manusia sebagai hamba tidak mengetahui kapankah Alloh akan menurunkan karunia dan rahmat-Nya, sehingga manusia jika melihat tanda-tanda ia menduga, mungkin telah tiba saatnya, padahal bagi Alloh belum memenuhi semua syarat yang dikehendaki-Nya, maka bila tidak terjadi apa yang telah diduganya, hendaknya tidak ada keraguan terhadap kebenaran janji Alloh subhanahu wata'ala. Sebagaimana yang terjadi dalam Sulhul [perdamaian] Hudaibiyah, ketika Rasululloh shallalloahu 'alaihi wasallam, menceritakan mimpinya kepada sahabat