PERCAKAPAN KANJENG SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH SITI JENAR

PERCAKAPAN KANJENG SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH SITI JENAR (Sebuah Kisah Fiktif)
Ada kecenderungan terjadi kerunyaman sosial ketika muncul pihak-pihak yang membiaskan diri akan keberadaan Syech Siti Jenar dengan mengenalkan diri sebagai Syeh Lemah Abang. Syeh Lemah Abang ini membawa ajaran dan tata aturan yang kaku dan memecah belah ummat, dilakukan oleh beberapa orang secara terorganisir. Karena masyarakat menganggap Syeh Lemah Abang dan Syeh Siti Jenar sebagai pihak yang sama maka, ajaran murni yang dibangun oleh Syech Siti Jenar menjadi tercemar.

Syech Siti Jenar merupakan nama samaran bagi seseorang yang mengalami peningkatan ilmu namun tak lagi bisa menggunakan namanya sendiri. Maka ia kemudian membuat nama yang lain. Adalah Sunan Kalijaga sendiri yang memproses diri secara sirr berkaitan dengan pertanggungjawaban ilmu. Nama Siti Jenar merujuk pada peristiwa tanah kuning yakni lemah yang dicangkul menjadi emas oleh Sunan Kalijaga pada peristiwa bersama Ki Ageng Pandan Aran.

Akibat makin maraknya fitnah yang berkecamuk di masyarakat, akhirnya Sang Sunan menghendaki untuk menghentikan perannya sebagai Syech Siti Jenar. Berikut percakapan sebelum kemudian diputuskan untuk menyudahi ajaran Siti Jenar.

SUNAN KALIJAGA  : Dimas, keadaan makin keruh apakah tidak sebaiknya ini dihentikan?

SITI JENAR  : Keruh itu berasal dari diri manusia bukan dari luar manusia

SUNAN KALIJAGA  : Apakah yang membuat diri manusia keruh?

SITI JENAR  : Sebab manusia memberi ruang sebesar-besar untuk dirinya, namun tidak untuk pikirannya. Memberi kesempatan seluas-luasnya bagi kepentingannya namun mempersempit ruang untuk akalnya.

SUNAN KALIJAGA  : Apakah akal dan pikiran tak menarik hati sehingga tak diberikan ruang itu?

SITI JENAR  : Selalu menarik bagi hati namun tak menarik bagi nafsu. Maka hatinya sepi dan berpenyakit karena tak pernah mengambil pelajaran. Tadzakaruun.

SUNAN KALIJAGA  : Bukankah pelajaran terhampar pula di luar dirinya, untuk membantu dirinya membaca dan mengambil pelajaran secara lebih mudah karena tak kuasa mengambil pelajaran dari dirinya sendiri?

SITI JENAR  : Semua terhampar secara terang-terangan maupun remang-remang. Yang membuat “rucah” adalah hati yang teracuni. Racun tersebut berasal dari nafsu yang tidak mempertautkan diri kepada akal dan pikiran.

SUNAN KALIJAGA  : Untuk akal yang terkungkung, bagi pikiran yang terkurung, bukankah perlu ada ruang bebas seseorang untuk belajar tanpa dibelenggu pemahaman yang dimas lakukan?

SITI JENAR  : Aku tidak membelenggu apapun, aku membebaskan mereka untuk mampu melihat kenyataan

SUNAN KALIJAGA  : Bagaimana dimas membebaskan sedangkan manusia terjebak pada kotak yang tak ia temukan keluasan?

SITI JENAR  : TIDAK AKAN IA TEMUKAN KOTAK ITU KETIKA ADA TUHAN YANG TIADA BATAS DALAM KESADARAN KESAKSIAN HIDUP MATINYA

SUNAN KALIJAGA  : Dimas, orang di luar sana tak langsung berjumpa Tuhan hanya dengan bernafas dan melihat, tak semua orang menemukan Tuhan hanya dengan melihat gelap terang, tak semua manusia mampu. Manusia perlu mengenal garam untuk mengenal asin. Dimas membuat semua orang seolah-olah langsung paham kepada asin hanya dengan melihat laut, sedangkan banyak jiwa memerlukan pengalaman rasa melalui garam

SITI JENAR  : Adalah hal yang wajar apabila manusia memerlukan tahap mendaki dan terjal. Bukankah kangmas tahu bahwa aku tak menguakkan apapun kecuali apa yang Tuhan kehendaki untuk dikuakkan?

SUNAN KALIJAGA  : Apakah mungkin itu kehendak Tuhan, dan bagaimana apabila ternyata itu merupakan ujian menahan diri dimana seharusnya yang kita sangka perlu dikuakkan itu semestinya justru harus tersembunyi?

SITI JENAR  : TUHAN TIDAK MENYEMBUNYIKAN CIPTAANNYA, TITAHNYA, TUHAN TIDAK MENYEMBUNYIKAN LANGIT, MANUSIA, SEMESTA, YANG MERUPAKAN TAJALLINYA. MANUSIA YANG SERING MENYEMBUNYIKAN TUHAN KARENA MENGHAMBAT PELAMPIASAN DAN PEMUASAN SEMU DAN SESAAT

SUNAN KALIJAGA  : Tapi Tuhan tetap membuat aurat yang tak untuk diumbar akan tetapi justru harus ditutupi. Itulah makna dari kemurahan.

SITI JENAR  : Menurut kangmas, aurat apa yang tengah aku umbar?

SUNAN KALIJAGA  : Aurat itu adalah pena, yang perlu diumbar adalah tulisannya. Aurat itu kejayaan yang perlu diumbar adalah kesantunan. Aurat itu adalah penyatuan diri kepada Tuhan, yang perlu diumbar adalah kemahiran dalam menjaga keindahan perbedaan.

SITI JENAR  : Apakah aku salah? Sedangkan aku menyampaikan ragam pelajaran yang bisa diambil sebagai bagian perbedaan, lantas mengapa aku harus sama, sedangkan aku tak lagi merasa perbedaan itu harus dipaksa untuk sama?

SUNAN KALIJAGA  : Aurat itu adalah keteguhan Tauhid, yang perlu diumbar adalah pengabdian. Aurat itu adalah ‘AKU’ yang perlu diumbar adalah ketiadaan. AURAT ITU ADALAH ALLAH, YANG PERLU DIPERTONTONKAN ADALAH INSAN YANG BERAKHLAK MULIA

SITI JENAR  : Dimana letak kemuliaan manusia? sedangkan kemuliaan semata hanya milikNya?

SUNAN KALIJAGA  : Letak kemuliaan insan adalah kekosongan dirinya pada kemuliaan. Sehingga ia bekerja dengan isi kemuliaan yang ditaburkan Allah atas dirinya.

SITI JENAR : Apakah Kangmas ingin tega memenggal kesadaran bertuhan, hanya karena manusia-manusia yang tidak memahami? Apakah tega membiarkan ketidaktahuan mereka menjadi singgasana yang ia sembah? Apakah tega membiarkan ketidaktahuan mereka mencampakkan keberadaan Tuhan karena yang harus ada hanyalah diri mereka sendiri. Apakah Kangmas mentolo membiarkan banyak manusia nestapa karena kebodohannya? Akankah kangmas tega pikirannya hanya digunakan untuk memikirkan hidupnya, dan akalnya hanya untuk mengakali kehidupan? Akankah? Tegakah?

SUNAN KALIJAGA : Dimas, Demi Allah dan Kanjeng Nabi Muhammad tidak akan benar jika aku tega atas sebuah pertumbuhan. Tak benar aku sedang tega membiarkan beberapa cabang dan ranting suatu pokok harus terpotong jika tanaman justru menjadi tumbuh sehat setelahnya. Tak benar aku disebut sedang tega hanya karena membiarkan akar bibit padi tercerabut untuk berpindah ke lahan yang lebih luas. Tak bisa disebut tega jika aku harus membatalkan calon buah nangka jika batang pohon belum cukup sanggup menopang. Diriku justru sedang tidak tega jika akar-akar ringkih bibit padi yang tengah ingin berjuang menjajaki hidup itu harus diberi beban menghasilkan bulir-bulir padi secepatnya. Diriku sungguh sedang penuh ketidak-tegaan hati pada batang-batang muda pokok nangka, jika harus dibebani sebuah tuntutan untuk mampu menunjukkan gelantung-gelantung buahnya.

SITI JENAR  : Lantas, kini apa maunya kangmas?

SUNAN KALIJAGA : Aku takut memiliki kemauan jika kemauan tersebut ternyata bukan dariNya. Maka aku tidak menginginkan apapun selain pe-ngerti-an. Semuanya bekerja dengan sebuah irama saling pengertian. Siang mengerti kapan benderang dan malam mengerti kapan ia mengambil alih siang dengan menghadirkan keredupan. Ada purwa ada purna, ada yang bermula dan ada yang usai. Ada yang tampak ada pula yang tersembunyi. Biarkan pitutur yang nampak menuturkan hal yang nampak, biarkan pitutur yang tak nampak menuturkan hal yang tidak nampak. Biarkan yang aurat menjadi aurat, yang wedana menjadi wedana. Semua bekerja dengan pengertian agar keteraturan hadir. Sehingga keteraturan itu kemudian mendorong hati dan akal manusia untuk mengenal siapa Maha Mengatur dan Menaungi kehidupan dengan begitu teratur ini. Pengertian hanya bisa ditempuh oleh pihak yang mengerti. Maka, jika pihak yang mengerti tak menjalankan pengertian, bagaimana ia bisa disebut sedang mempersaksikan Tuhan, sedang Tuhan terhalangi oleh makhlukNya sendiri.

SITI JENAR : Monggo Kangmas, aku rela

SUNAN KALIJAGA : Mari kita lakukan bersama

Baca juga : Rezeki-dengan-izin-allah-swt-mengalir.html

Related Posts



Bagaimana Reaksi Anda Tentang Artikel Ini?

Comments

Kirim E-mail Anda Dapatkan Artikel Berlangganan Gratis....

ENTER YOUR EMAIL ADDRESS :

DELIVERED BY : SUARA MANIA POST ||| 🔔siulanmania@gmail.com

👍 POPULER POST

CARA UNTUK BERSYUKUR ATAS NIKMAT YANG DIKARUNIAKAN ALLAH SWT

BIOGRAFI/MANAQIB ABAH GURU SEKUMPUL AL-'ALIMUL 'ALLAMAH KH. M. ZAINI BIN ABDUL GHANI

🚀LINK TAUTAN ARTIKEL SPONSOR

FOLLOWERS