SYAIKH JALALUDDIN RUMI DAN HAKIKI CINTA

Jalaluddin Rumi dan Filsafat Cintanya
Salah satu sufi paling terkenal dan membawa islam pada puncak kejayaan, karena gagasan -- gagasan tentang cinta dan kasih, serta karya -- karya yang sangat terkenal bahkan di barat dialah Maulana Jalaluddin Rumi Muhammad bin Hasin al Khattabi al-Bakri (Jalaluddin Rumi) atau sering pula disebut dengan nama Rumi. 

Beliau lahir pada pada tanggal 6 Rabiul Awwal tahun 604 Hijriah, atau tanggal 30 September 1207 Masehi di balkh. sejak dari kecil Rumi sering berpindah -- pindah tempat tinggal,dan mendapatkan banyak guru spiritual. disalah satu kota Rumi bertemu dengan Attar yang meramalkan si bocah pengungsi ini kelak akan masyhur yang akan menyalakan api gairah Ketuhanan. 

Selanjutnya ada beberapa guru lain, salah satunya adalah Syamsuddin dari Tabriz, yang mengubahnya menjadi sempurna dalam ilmu tasawuf. Setelah Syamsuddi wafat, Rumi kemudian bertemu dengan Husamuddin Ghalabi, dan mengilhaminya untuk menulisakan pengalaman spiritualnya dalam karyanya monumentalnya Matsnawi-ye Ma'nawi.

Karya -- karya Rumi biasanya ditulis dalam bentuk puisi, isinya tentang revolusi ilmu kalam yang pada saat itu sedang kehilangan seangat dan kekuatannya. karya dari Rumi mempunyai ciri khasnya sendiri dari pada karya sufi lain, salah satu yang membedakan puisi Rumi dengan karya sufi penyair lain adalah seringnya ia memulai puisinya dengan menggunakan kisah-kisah. Tapi hal ini bukan dimaksud ia ingin menulis puisi naratif. Kisah-kisah ini digunakan sebagai alat pernyataan pikiran dan ide. dan berikut adalah beberapa hal yang bisa kita pelajari dari karya -- karya Rumi.

Sesuatu yang melampaui "Lahiriah"

Segala sesuatu yang tampak didepan kita, bukanlah hakekat dari sesuatu itu yang sesungguhnya. dari pengalaman spiritualnya, Rumi mengatakan bahwa apa yang tampak bukanlah yang sebenarnya, jadi jangan terkecoh dengan tampilan awal seseorang. yang lahir bukanlah yang sejati. 

Yang nampak dari bumi adalah debunya, namun dibalik debu itu adalah sifat -- sifat Tuhan yang mengejawantah. dimensi dalamnya adalah sebongkah emas, sementara dimensi luarnya adalah sebongkah batu. dari permisalan tersebut, Rumi ingin memberikan sebuah petuah bahwa apa yang kita lihat didunia ini harusnya tidak hanya dilihat dalam kondisi fisik atau luar saja.

Masuklah melintasi bentuk dan keluarlah dari jebakan nama -- nama, berlarilah menuju makna. kalau selama ini kita hanya mengenal nama dan bentuk luar, mulai sekarang cobalah mengenal lebih dalam tentang sesuatu itu, jangan sampai terjebak dan hanya memuja nama tanpa tahu makna yang sebenarnya.

Berhati -- hatilah jangan tertipu, banyak hal yang kau anggap sebagai penyebab, sebenarnya adalah hijab. ini yang sering terjadi pada kita hari ini, seolah -- olah kita sudah tahu bahwa itu adalah tujuan dalam hidup, tetapi ternyatabukan.

Kalau manusia dianggap manusia dari bentuk fisiknya, maka Muhammad dan Abu Jahal memiliki kualitas yang sama. lukisan di atas dinding pun persis seperti manusia. lihatlah, apa yang kurang? Lukisan indah itu kehilangan ruh-nya. pergilah, carilah mutiara yang berharga.

Duhai saudara, engkau adalah apa yang kau rasakan dalam pikiranmu; selainnya hanya tulang dan daging belaka. Kalau kau anggan dirimu bunga, maka engkau adalah taman bunga, kalau kau anggap dirimu semak berduri, maka engkau hanyalah bahan bakar perapian.

Manusia sebagai "mikrosomos", Rumi berpendapat bahwa manusia adalah mikrokosmos (jagat kecil), yang mampu menyerap makrokosmos (jagat besar) didalam bingkai yang kecil. seorang penyair yang baik, bisa melihat keindahan hanya dari dirinya sendiri, karena dia sudah mengenal dirinya sendiri sampai yang terdalam. Intelek manusia mampu menerangkan rahasia ini sampai sedalam-dalamnya bila digosok oleh cinta.

Para ahli makrifat, para wali, yang merupakan "intelek dari intelek" akan mampu menerangkan rahasia ini pada seorang pencari.

Akal dalam pendapat Rumi, Beliau sering mengemukakan batas -- batas penalaran akal manusia. misalnya dalam"kisah ahli tata bahasa dan tukang perahu". Secara sederhana, Rumi melukiskan betapa orang yang paling terpelajar di suatu bidang, bisa menjadi bodoh dalam bidang yang tidak ia pelajari. 

Ahli tata bahasa ia misalkan sebagai ahli-ahli ilmu formal, sedangkan tukang perahu adalah para Sufi. Rumi ingin mengatakan dalam kisah ini bahwa pengalaman langsung dalam kehidupan lebih penting daripada sekadar ilmu pengetahuan. Orang yang berpengalaman akan lebih mudah menghadapi kehidupan dan malapetaka dibanding orang tak berpengalaman langsung, sekalipun ilmu pengetahuan yang dia miliki banyak.

Akal dan pengetahuan lahirian adalah pendahuluan dan jembatan bagi pengetahuan yang lebih tinggi. jadi akal dan penegtahuan bukan lah sebuah puncak dan tujuan.
Akal dan ilmu lahirian wajib dituntut oleh semua orang untuk mencapai kesempurnaan manusia, pensucian jiwa dan pencerahan hati. bukan untuk kesombongan, kebanggaan, dan kekuasaan.

Penderitaan dan upaya keras dalam mencari ilmu dan pengetahuan hanyalah diarahkan untuk tujuan yang suci dan transenden yakni menggapai kebahagiaan insani dan kesempurnaan Ilahi. Baca juga : Tips-menuju-fitrah

Related Posts



Bagaimana Reaksi Anda Tentang Artikel Ini?

Comments

Kirim E-mail Anda Dapatkan Artikel Berlangganan Gratis....

ENTER YOUR EMAIL ADDRESS :

DELIVERED BY : SUARA MANIA POST ||| 🔔siulanmania@gmail.com

👍 POPULER POST

CARA UNTUK BERSYUKUR ATAS NIKMAT YANG DIKARUNIAKAN ALLAH SWT

HARI KESEHATAN MENTAL SEDUNIA, INI TEMA TAHUN INI DAN SEJARAHNYA

TAK LAGI MAYORITAS

NERAKA MENURUT SYAIKH SITI JENAR

MAN CITY VS NORWICH, AGREGAT 14 -1 TEGASKAN REKOR MENTERENG THE CITIZENS

🚀LINK TAUTAN ARTIKEL SPONSOR

FOLLOWERS