Adapun Zikir LAILLAHAILLALLAH adalah zikir Isbab, sedangkan yang dikatakan
Nafi itu adalah dengan kita me-nafi-kan diri zahir kita ini tidak mempunyai hak
atas sesuatu kecuali nyata hak Allah s.w.t. semata-mata :
-
LA
HAYYUN : Hidup-ku bukan Hidup-ku
-
LA
ILMUN : Ilmu-ku bukan Ilmu-ku
- LA
SAMIUN : Mendengar-ku bukan mendengar-ku
- LA
BASHIRUN : Melihat-ku bukan
melihat-ku
-
LA KADIR
: Kuasa-ku
bukan kuasa-ku
- LA
MURIDUN : Kehendak-ku bukan
kehendak-ku
- LA
MUTTAKALLIMUN : Berkata-kata-ku bukan berkata-kata-ku
- BILHAKKI
ILLALLAH : Kecuali semua-nya itu Hak Allah semata-mata.
Ber-awal LA itu adalah nafi bagi diri zahir dengan
satu pegangan tubuh zahir ini bukan tubuh kita kecuali diisbatkan dengan ILLA
yaitu pada menyatakan dengan suatu pegangan penyaksian yang mutlak bahwa yang
wujud pada diri zahir kita ini adalah pada yang mengisbatkan kepada ILLALLAH Jadi bila dikatakan ILLALLAH
berarti kita menyatakan dengan satu penyaksian yang mutlak bahwa diri batin
kita itu adalah hanya Allah s.w.t. semata-mata. Dalam hal ini untuk pemahaman
yang lebih mendalam silahkan baca kembali pada uraian yang membahas Hakekat Syahadat dalam BAB berikutnya.
Adapun zikir ALLAH adalah zikir Asma’ dan sesungguhnya
yang dikatakan zikir Asma’ itu adalah karena nama ALLAH yang ber-Sifat dan ber-Zat itu nyata
meliputi pada seluruh alam Saghir dan alam Kabir yaitu pada diri manusia dan
alam semesta.
Semuanya tiada
terluang sedikitpun kecuali samad dengan Zat,
Sifat, Asma, dan Af’al Allah s.w.t. semata-mata.
Seperti firman Allah s.w.t. : "WALILLAHI MASYRIKU WAL MAGRIBU WA’AINAMA
TUALLU FASYAMMA WAJHULLAH".
Artinya : Sesungguhnya milik Allah s.w.t. itu dari mashrik dan
maghrib, dimana saja kamu menghadap disitulah kamu akan melihat wajah Allah
s.w.t.
Oleh karena itu bila kita melafazkan ALLAH maka dengan secara otomatis pada
hakikatnya kita men-yaksik-an bahwa semua yang wujud ini adalah Allah s.w.t.
semata-mata, tiada yang lain hanya Allah s.w.t. yaitu :
SYUHUDUL WAHDAHU FILKASYRATIN Artinya : Saksilah pada yang satu itu
kepada yang banyak.
Adapun zikir ALLAH HU adalah zikir SIFAT.
Zikir ini adalah ber-konsep-kan :
SYUHUDUL KASYRATIN FIL WAHDAH Artinya
: Saksilah pada yang banyak kepada
yang satu.
Yaitu dengan memahami apa saja yang ada, apa juga yang berlaku, dan
apa juga yang terjadi adalah dari pada SUMBER yang satu yaitu
Allah Ta’ala juga yang meliputi pada zat, sifat, asma, dan af’al.
Sumber cahaya Tuhan inilah Zat yang tidak berwarna, tidak berwarna, tidak berbau, dan
tidak berbentuk. Inilah tubuh yang meliputi sekalian alam dan tubuh inilah yang
di katakan ‘’innahu bi kulli say’in muhith” (FUSHILAT 54)
Disini bila dilafazkan ALLAH HU maka berarti hilangnya segala yang
zahir dan nyata-lah segala yang batin yaitu Allah Taala jua. Untuk memahaminya
secara mendalam silahkan lihat kembali pada uraian-uraian yang lalu.
Adapun zikir A HU adalah zikir ZAT atau dinamakan juga Zikir
Makrifat. Zikir ini ber-konsep-kan kepada :
SYUHUDUL WAHDAHU FIL WAHDAH Artinya : Saksilah pada yang satu didalam yang satu.
Sesungguhnya maksud saksilah pada yang satu didalam yang satu
adalah dengan cara berkonsepkan penyaksian yang satu dari yang satu yaitu semuanya
dari pada Allah dan kembali kepada Allah.
INNA LILLAHI WAINNA ILLAIHI ROJIU’N Artinya : Semuanya dari Allah dan harus
kembali kepada Allah
– Zat
itu dari pada Zat yang satu,
– Sifat
itu dari Sifat pada yang satu,
– Asma,
itu dari pada Asma yang satu
– Af’al
itu didalam Af’al yang satu
Jadi itu Zat Sifat,
Asma, dan Af’al Allah Taala Semesta Alam jua, Sesungguhya semua yang wujud dan
zahir adalah dari pada yang satu dan sebenarnya memang satu dan tidak
di-sekutu-kan dengan yang lain dari pada yang satu.
Bahwasanya Allah
Taala menzahirkan SifatNya untuk menyatakan ZatNya dan menzahirkan Af’alNya
untuk menguji SifatNya dan menzahirkan AsmaNya semata-mata untuk
menyatakan Sifat af’alNya dan ZatNya.
Tidak ada sebab
lain Allah Taala menzahirkan segala-galanya melainkan untuk diriNya saja.
Setelah kita menyentuh dan memahami tentang konsep tentang ZIKIR tersebut maka kita harus juga
mem-bicara-kan tentang petuah-petuah dan adab-adab berzikir supaya zikir yang
dilafazkan itu akan mencapai tujuan untuk membersihkan hati kita dengan Allah
s.w.t.
Perlu untuk ditegaskan disini bahwa sesuatu zikir yang
dikerjakan tanpa mengikuti adab dan petuah-petuah berzikir niscaya zikir
tersebut akan menjadi sia-sia karena tidak mencapai maklumat zikir yang
sebenarnya.
Banyak orang berzikir mengikuti selera masing –masing, terasa hendak berzikir dengan
nyaring lantas dinyaringkan suaranya, terlintas dihatinya hendak dilagukan zikir tersebut, lantas dilagukanya, terasa hendak dilenggak-lenggokan tubuhnya, lantas dilenggak-lenggokkan
tubuhnya, pendek
kata berzikir bagi mereka adalah dengan cara melafazkan zikir mengikuti
sekehendak hati tanpa mendapat petuah yang mutlak untuk mencapai makmulat zikir
yang dikerjakannya harus ada adab zikir. Artikel
Bersambung
Comments
Post a Comment
BERIKAN KOMENTAR ANDA SEUAI TOPI DALAM RANGKA MEMBERIKAN MASUKAN KELEBIHAN DAN KEKURANGAN ARTIKEL ATAU KONTEN BERIKUT INI : ???