NUR MUHAMMAD SEBAGAI INTI DARI KEMANUSIAAN

Nur Muhammad sebagai Inti Dari Kemanusiaan.

Dalam post kali ini saya hanya ingin membahas Nur Muhammad dalam perspektif kemanusiaan dalam dunia sufi.

Jauh sebelum badan ini ada, jauh sebelum makhluk tercipta, juga semesta ini terbentuk, yang ada hanyalah Dia, Belum ada apa pun selain Dia. (Huwa Bagi makhluk, Ana Bagi-Nya).

Keadaan ini dinamakan Zaman Azali dimana Tuhan adalah Dzat Suci yang Berdiri Sendiri. Tak ada yang lain selain Diri-Nya. Dia rindu untuk dikenal, namun siapa yang akan mengenal-Nya karena tidak ada yang lain selain Diri-Nya. Lalu Tuhan berkehendak menciptakan makhluk agar Diri-Nya dikenal oleh makhluk tersebut.

Didalam Hadits Qudsi disebutkan. 

"Kuntu kanzan makhfiyyan, fa ahbabtu an u'raf. Fa khalaqtu al-khalqa li kai u'raf”

Artinya: Aku laksana perbendaharaan yang tersembunyi, lalu Aku ingin supaya diketahui, maka kujadikanlah makhluk, maka dengan adanya (ciptaan-Ku) itulah mereka mengetahui-Ku.

Tuhan hendak menciptakan makhluk. Untuk menciptakan sesuatu pastilah menggunakan bahan padahal tidak ada apapun selain Dia. Oleh karena itu bahan tersebut diambil dari-Nya sendiri.

Pada kejadian ini, Cahaya yang bersifat keTuhanan (Nur Allah) menurunkan Diri menjadi Nur yang bersifat kemakhlukan. Maka Cahaya (Nur) ini tidak lagi sebagai Tuhan, namun sebagai makhluk yang masih berupa satu kesatuan. Baca Juga : Filsafat-ketuhanan-bukti-keberadaan

Disinilah Dia sudah melakukan proses awal penciptaan pertama, Ciptaan pertama-Nya ini berupa Cahaya yang bersifat kemakhlukan, bagi ulama sufi Cahaya ini disebut sebagai Nur Muhammad atau Cahaya Yang Terpuji.

Namun Nur Muhammad ini masih menjadi satu dan belum terpisah-pisah, Proses penciptaan berikutnya adalah menciptakan makhluk yang sangat halus yakni Ruh. Ruh adalah sumber kehidupan bagi seluruh makhluk dan ciptaan Tuhan di alam ini. Ruh ini berasal dari percikan Nur Muhammad dan Nur Muhammad berasal dari-Nya. Mula-mula Ruh tersebut masih satu dengan Nur Muhammad dan pada akhirnya terbagi-bagi menjadi banyak sekali.

Dan didalam keadaan inilah segenap Ruh makhluk telah bersyahadat di dalam Dia (Huwa),  Syahadat pada tahapan ini disebut sebagai Syahadat Ruh. karena Ruh masih bersemayam di dalam Dia. Jadi Syahadat lisan hanyalah memperkuat apa yang sudah disaksikan oleh Ruh ketika masih berada di dalam Dia.

Jadi jelaslah bahwa benih semua makhluk dan kejadian berasal dari Cahaya Tuhan, setiap penciptaan berasal dari-Nya. Benih tersebut berasal dari Cahaya Satu, dan Cahaya yang satu tersebut berasal dari Dzat-Nya.

Ketika dimensi-dimensi masih menjadi satu kesatuan utuh dan belum terbagi-bagi, Dia disebut Ahad. Ketika Nur Muhammad tercipta dan Ruh bersemayam di dalam diri pribadi segenap makhluk, Dia bernama Ahmad. Dan pada akhirnya, ketika Dia bermanifestasi menjadi suri teladan bagi semesta alam, Dia disebut Muhammad. (Ahad-Ahmad-Muhammad).

Satu menjelma menjadi banyak, dan yang banyak berasal dari yang satu. Ini adalah wejangan guru saya sebelum beliau kembali kepada-Nya.

Jadi Ruh yang ada di dalam diriku tidak berbeda dengan Ruh yang ada di dalam dirimu. Itu sebabnya dalam beberapa ayat Al-Qur'an disebut bahwa inti kemanusiaan itu satu, jika kamu membunuh satu manusia, maka kamu sama dengan membunuh seluruh umat manusia. Karena memang hakikat, inti kemanusiaan adalah Ruh yang tunggal yang berasal dari Cahaya yang sama.

Jalaluddin Rumi berkata dalam syairnya :

"Aku mempunyai satu jiwa tetapi memiliki seratus ribu tubuh. Namun aku tak bisa banyak bicara karena syariat memaksa diriku diam seribu bahasa. Aku telah menyaksikan diriku dalam dua ribu wajah manusia, tetapi semua wujud itu tak sebaik diriku saat ini". Baca Juga : Allah-hanya-bisa-disaksikan-dengan-akal

Di syair lain beliau mengatakan :

"Aku tetaplah satu jiwa meski memiliki seratus ribu tubuh. Tetapi jiwa dan ribuan tubuh itu semua adalah Aku.

Jika kusaksikan Ruh, kulihat sembilan ratus tujuh puluh tubuh. Tapi jika hanya kusaksikan keadaanku, aku seperti tumbuhan yang terus tumbuh dan tumbuh." Wallahu a'lam

Related Posts