SERAKAH

Seorang sufi tengah berdoa dengan tenang. Seorang pedagang kaya, yang mengamati ketaatan dan kesungguhan sang sufi, sangat tersentuh dengannya. Kemudian, pedagang itu menawarkan satu tas emas kepada sufi itu.

“Saya tahu anda akan menggunakan uang tersebut untuk mencari ridha Tuhan. Mohon ambillah.”
“Sebentar.” Balas sufi itu.
“Saya tidak yakin apakah sah bagi saya mengambil uangmu. Apakah anda orang yang kaya? Apakah anda mempunyai uang lebih dirumah?” tanyanya.

“Oh, ya. Paling tidak saya punya satu ribu keeping emas dirumah,” ucap sikaya itu dengan bangga.
“Apakah anda ingin seribu emas lagi?”
“Tentu saja. Setiap hari saya bekerja keras untuk meraih uang lebih.”

“Dan apakah anda ingin seribu keeping emas lagi yang lebih banyak dari itu semua?”
“Pasti, Setiap hari saya berdoa agar saya meraih lebih banyak uang.”

Sufi tersebut mendorong tas yang berisi kepingan emas itu kepada pedagang tersebut. “Maaf, saya tak bisa mengambil uang emas anda,” katanya. “Orang kaya tak boleh mengambil uang dari orang yang miskin,” lanjutnya.

“Bagaimana bisa anda menyebut diri anda orang kaya dan saya orang miskin?” pedagang itu memprotes.
Sufi itu menjawab, “ Saya adalah orang kaya, sebab saya puas dengan apapun yang Tuhan berikan. Sedang anda, berapapun uang yang anda miliki, anda tak pernah merasa puas, dan selalu meminta lebih pada Tuhan.”

Diawali kebiasaan suka berlebih-lebihan, ditambah pikiran ingin menjadi yang pertama, serakah atau rakus berkembang biak sedemikian rupa. Bila orang lain mendapat satu, ia ingin mendapat lima.” Makan dan minumlah, namun jangan berlebih-lebihan.” (Q.s. al-akraf [7]:31).

Sifat serakah atau rakus sangat-sangat berbahaya bagi keseimbangan hidup, saking bahayanya, Nabi SAW bersabda, sebagaimana diinformasikan Kab bin Malik al-Ansari, dari ayahnya : “Kerakusan serigala saat dilepas ditengah kerumunan kambing itu belum seberapa disbanding kerakusan manusia terhadap harta dan keberlebihannya terhadap agama.” (H.R. At-Tirmizi).


Bagaimanapun, watak serakah termasuk sebab utama seseorang melakukan tindak korupsi, penipuan, pencurian, perampokan, penimbunan, pencucian uang, dan lain sebagainya. Serakah pula yang melatar-belakangi seseorang berani menjual ayat-ayat Tuhan untuk memenuhi kesenangan dan keuntungannya sendiri.

Related Posts



Bagaimana Reaksi Anda Tentang Artikel Ini?

Comments

Kirim E-mail Anda Dapatkan Artikel Berlangganan Gratis....

ENTER YOUR EMAIL ADDRESS :

DELIVERED BY : SUARA MANIA POST ||| 🔔siulanmania@gmail.com

👍 POPULER POST

CARA UNTUK BERSYUKUR ATAS NIKMAT YANG DIKARUNIAKAN ALLAH SWT

STRATEGI SURI TAULADAN

DZUN NUN SI ORANG MESIR DAN KISAH PERTAUBATANNYA

KISAH SUFI DAN PEMUDA GALAU

BIOGRAFI/MANAQIB ABAH GURU SEKUMPUL AL-'ALIMUL 'ALLAMAH KH. M. ZAINI BIN ABDUL GHANI

🚀LINK TAUTAN ARTIKEL SPONSOR

FOLLOWERS