“Pada
dasarnya, manusia berteman dekat dengan kebaikan dibanding dengan keburukan.
Yang demikian, karena naturalistis manusia tercipta dari kesucian plus potensi
akalnya yang sanggup berpikir.”(Ibnu Khaldun, 2006, hlm. 113).
Suka
dan duka, bahagia dan sengsara, tangis dan tawa, giat dan lesu, relaks dan
stress, tenang dan tegang, dan lain sebagainya merupakan ragam ekspresi ragam
kejiwaan hasil respons pikiran. Apapun yang kita pikirkan, diakui atau tidak
pasti memberikan efek psikologis pada diri kita. Apalagi jika respon yang kita
lakukan berlebihan, tentu dampaknya semakin hebat dan kuat.
Hidup
itu hubungan timbal balik, dimensi saling bertukar tempat antara yang negative
dan positif. Manusia dalam dimensi ini bersifat dinamis, kadang hitam kadang
putih, bahkan bisa abu-abu. Ringkasnya tidak ada istilah “kenegatifan abadi
atau kepositifan abadi bagi manusia”, melainkan yang ada adalah “kenegatifan
dan kepositifan temporal”.
Untuk
menjaga psikologis agar tetap berada pada kondisi yang semestinya “positif,
kita harus memperbanyak mengisi pikiran dengan hal-hal positif. Yakni hal-hal
yang bisa menyemangati diri kita, membuat diri kita tenang, senang, relaks, dan
lain sebagainya meski hal-hal tersebut sebatas bayangan.
👉RELATED POSTS : TUBUH KOSONG,
Comments
Post a Comment
BERIKAN KOMENTAR ANDA SEUAI TOPI DALAM RANGKA MEMBERIKAN MASUKAN KELEBIHAN DAN KEKURANGAN ARTIKEL ATAU KONTEN BERIKUT INI : ???