Umar bin Khathab mengisahkan,
“Ketika dating rombongan tawanan perang ke hadapan Rasulullah, tiba-tiba seorang tawanan perempuan lari untuk menyusui bayi yang tergeletak diantara para tawanan. Rasulullah kemudian bersabda : ”Lihatlah, tegakah wanita ini melemparkan bayi itu ke dalam api?” Kami serempak menjawab, “Demi Allah, tidak mungkin!” Rasulullah kemudian bersabda lagi :
“Bahkan Allah sendiri lebih menyayangi hambaNya yang beriman melebihi kasih saying wanita itu terhadap sang bayi.”
Dalam versi yang lain, Abu Hurairah menerangkan, bahwa Rasulullah telah menegaskan, “Sesungguhnya Allah telah menetapkan sendiri atas diriNya sebelum dia menciptakan makhlukNya, Ia berfirman : “Sesungguhnya rahmatku melampaui kemurkaanku,” (H.r. Bukhari dan Muslim).
Kalau kita mencintai sesuatu melebihi kadar kecintaan kita kepada Tuhan, atau melebihi kadar kepantasan yang semestinya diekspresikan, bersiaplah menelan kekecewaan mendalam manakala sesuatu yang kita cintai tidak merespon balik, atau bahkan lepas dari diri kita. Bukankah informasi dari Anas bin Malik menyatakan, bahwasanya Nabi SAW bersabda : “Engkau bersama seseorang yang kau cintai.” (H.r. Muslim).
Seberapa sering seseorang mengingat sesuatu, bergantung seberapa besar kecintaanya pada sesuatu itu sendiri. Begitu juga sebaliknya, seberapa besar kekecewaan yang dialami saat yang dicintai tidak bisa dimiliki, bergantung pada seberapa kuat ia mencintai sesuatu yang tidak dapat dimiliki itu sendiri. Putus asa atau putus harapan adalah efek dari keinginan kuat yang teramat sulit dilaksanakan. Istilahnya, menyerah setelah sekian lama berusha namun tak kunjung berhasil juga. Baca Juga : TUBUH KOSONG AL HALLAJ ABAD 3
Berbeda dengan putus asa adalah tawakkal, tawakkal merupakan kepasrahan total kepada Tuhan setelah berusaha tanpa mengurangi kadar keimanan bahwa Tuhan Maha Berkehendak. Sedang putus asa berawal dari usaha yang tidak dibarengi tawakkal, dalam artian, sejak pertama seseorang yakin bila ia mampu melakukan sesuatu tanpa campur tangan Tuhan.
Namun setelah yang diusahakannya gagal, ia baru sadar dan merasa bila Tuhan tidak peduli padaNya. Pada momen seperti inilah ia merasakan kegalauan yang dahsyat, dan bila tidak kuat tidak menyadari diri, ia bisa bunuh diri.
Terkait hal ini, Alquran menjelaskan “ Manusia tidak bosan memohon kebaikan, namun saat ditimpa malapetaka, mereka putus asa dan putus harapan.” (Q.s. Fusilat [41]:49). Padahal semestinya, “ Janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah.” (Q.s. Yusuf [12]:87).
Ingat! Rahmat Allah, bukan keberhasilan sesuai keinginan kita. Rahmat Allah itu, ya terserah Allah. Kalau kita gagal dalam masalah , bisa jadi Allah menggantinya dengan keberhasilam dalam masalah B,C, atau D, tidak harus keberhasilan dalam masalah A. Yang demikian, karena Allah Maha Tau apa yang terbaik dan terpantas bagi kita.
👉RELATED POSTS : TUBUH KOSONG,
Comments
Post a Comment
BERIKAN KOMENTAR ANDA SEUAI TOPI DALAM RANGKA MEMBERIKAN MASUKAN KELEBIHAN DAN KEKURANGAN ARTIKEL ATAU KONTEN BERIKUT INI : ???